Rabu, 06 Februari 2013

MUJAHID-MUJAHID CILIK PALESTINA VS SERDADU ISRAEL

Posted by Unknown | 00.08 Categories: ,



Palestina adalah bumi jihad, dan anak-anak Palestina yang saat ini dipaksa hidup menderita sesungguhnya tengah digodok untuk menjadi pejuang-pejuang. 


Dalam artikelnya The Battle of Nabi Saleh: Soldiers vs. Kids, wartawan Yahudi-Amerika Max Blumenthal yang sudah lama meliput kekerasan dan kezaliman Zionis Israel atas warga Palestina menggambarkan betapa kini anak-anak Palestina sudah semakin ‘nekad’ dan berani menghadapi para serdadu penjajah itu. Berikut cerita itu: 


“Ketika tentara-tentara Israel memasuki desa Palestina, Nabi Saleh, yang sudah pernah diserangnya pada 2 Juli, mereka segera dikepung oleh selusin lebih anak kecil. 


Pasukan Israel mungkin memang sudah terbiasa menembakkan gas airmata, granat suara (percussion grenades), peluru timah bersalut karet dan bahkan peluru hidup kaliber .22 ke arah pemuda-pemuda remaja, tetapi anggota pasukan infanteri unit Nahal and Kfir yang ditugasi menumpas unjuk rasa mingguan di Nabi Saleh benar-benar frustrasi karena bocah-bocah cilik yang mengepung dan mengejek mereka. 


Pada satu ketika bahkan komandan divisi pasukan Israel menjadi sangat kesal sehingga berteriak ke radio panggilnya, “Butuh bantuan!” 


Pemandangan anak-anak berusia tujuh tahun berhadapan dengan para serdadu bersenjata lengkap yang jelas tampak kebingungan adalah salah satu sudut pandang paling jelas tentang betapa dinamika kekuasaan yang sangat tidak berimbang di dalam konflik Israel-Palestina. 


Pemandangan ini juga menunjukkan kenyataan hidup yang harus dihadapi anak-anak di Kawasan Terjajah. Mereka harus bermain bola di antara barisan-barisan serdadu yang tengah menembakkan peluru-peluru maut ke arah tetangga mereka yang hanya berjarak beberapa meter dari mereka. 


Setiap hari, hidup bagi mereka adalah perlawanan. 



Mengapa anak-anak ikut-ikutan berunjuk rasa? Ambil contoh kasus Ni’lin, sebuah desa Palestina yang sudah sekian lama berjuang melawan pembangunan tembok pemisah di tanah-tanah milik mereka. Angkatan bersenjata Israel menangkap dan menahan tiga orang pimpinan mereka di penjara Ofer. 


Ketiga orang itu ditangkap tanpa dakwaan apa pun dalam sebuah serbuan tengah malam, disiksa secara psikologis oleh badan intelijen Israel Shabak, tanpa kepastian berapa lama mereka akan ditahan. 


“Sekarang semua orang terlalu takut untuk memprotes,” kata Said Amireh, seorang pemuda Ni’lin berusia 20-an. “Saya bisa jadi ikut berbagai unjuk rasa karena saya masih lajang. Tapi mereka yang sudah punya istri dan anak, parah sekali kalau harus masuk penjara.” 


Amireh baru saja dilepas sesudah ditahan selama empat bulan di penjara Ofer, yang menurutnya “sangat ngeri.” Sampai sekarang dia tetap tak tahu apa sebenarnya kesalahannya. “Omong kosong saja semua ini. Bukan saya yang melakukan kekerasan (tapi mereka).” 


Dalam salah satu demonstrasi hari Jumat di Nabi Saleh, terdengar perintah dari radio para tentara itu untuk memotret anak-anak lelaki yang besar (baca: di atas 10 tahun) yang ikut serta di dalamnya. 


Foto-foto ini dipakai untuk melakukan penyerbuan malam hari – ketika para serdadu mendatangi desa di tengah kegelapan, mendobrak masuk rumah-rumah warga, meringkus dan menyeret anak-anak dan remaja-remaja putra dari tempat tidur mereka. 


Menurut Lymor Goldstein, pengacara yang beberapa kali mewakili warga Ni’lin yang ditahan karena mengikuti demonstrasi damai anti-tembok itu, anak-anak muda yang ditangkap itu langsung disiksa secara psikologis oleh Shabak. Mereka ditahan di tempat yang gelap gulita, diberi makan tak tentu waktu, diancam, dan diinterogasi begitu mereka tampak ketakutan dan kebingungan. 


“Mereka (Shabak) tidak harus memukuli anak-anak itu,” kata Goldstein. “Siksaan psikologis itu begitu keras sehingga hampir tak ada yang bisa bertahan.” 


(Goldstein mengaku kesulitan mengingat nama-nama warga Palestina itu karena sebuah peluru karet yang menembus tengkoraknya dalam suatu protes di desa Bil’in tahun 2006, menyebabkan kerusakan pada penglihatan dan ingatannya.) 


Karena para lelaki desa justru paling mudah ditangkap dan dipenjarakan dan remaja-remaja putra justru dijadikan target segala macam kekerasan dari angkatan bersenjata Israel, maka bocah-bocah cilik Nabi Saleh-lah yang lalu memimpin demonstrasi dan ini sudah terjadi paling tidak tiga kali. 


Sementara para serdadu secara umum lebih menahan diri terhadap anak-anak, Shabak justru pernah menginterogasi anak-anak yang bahkan baru berusia tujuh tahun. 


“Itu kekeliruan,” begitu komentar Shabak terhadap peristiwa interogasi bocah-bocah cilik itu. Namun (wartawan) Nora Barrows-Friedman melaporkan bulan Maret lalu bahwa seorang anak berumur 10 tahun dipukuli habis-habisan oleh tentara-tentara Israel dalam suatu penyerangan malam hari di rumahnya, sebelum kemudian ditahan selama 10 jam di sebuah pemukiman (ilegal Yahudi) di dekat rumahnya. 


Di Nabi Saleh, seorang anak dilukai sampai parah oleh pasukan Israel bulan Maret lalu. 

Apa sebenarnya urusan para serdadu Israel itu di Nabi Saleh? Desa itu sudah dikepung oleh para tetangganya, para pemukim (ilegal Yahudi) Israel yang “religious nationalist” di pemukiman Halamish sejak Halamish dibangun tahun 1977 di atas tanah milik warga Nabi Saleh. 


Belakangan ini, para pemukim (ilegal Yahudi) merampas sebuah mata air segar yang sudah menjadi milik warga Nabi Saleh sejak desa itu dibangun pada abad 19. 


Pada Desember 2009, para pemukim membongkari ratusan pohon zaitun desa itu dalam rangka merampas kembali tanah-tanah desa Nabi Saleh yang sesudah dikembalikan ke pemilikannya kepada warga, oleh sebuah pengadilan Israel. 


Sejak itu, para petani desa Nabi Saleh harus merasakan serangan demi serangan oleh para pemukim (ilegal Yahudi) sehingga tak bisa menggarap tanah mereka. Pasukan bersenjata Israel jelas-jelas berpihak kepada (pemukim) Halamish, dengan cara menekan berbagai unjuk rasa desa dengan kekerasan berlebihan, sementara hampir tak melakukan apa pun untuk mencegah para pemukim (ilegal Yahudi) melakukan kekerasan. 


Akan tetapi, bila kita cermati semangat para pengunjuk rasa cilik Nabi Saleh, kita akan yakin bahwa angkatan bersenjata (Israel) masih harus berusaha lama sebelum berhasil menundukkan para warga desa itu.”




Pejuang Cilik: Bocah-bocah desa Nabi Saleh bergerak mendekati tentara Israel dalam unjuk rasa damai mereka. Foto: Max Blumenthal






0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube