Kamis, 24 Januari 2013


بسم الله الرحمن الرحيم


Pimpinan Pesantren Al-Fatah se-Indonesia

Firman Allah:
  وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ

Artinya : “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam”. (Q.S. Al Anbiya: 71)

K.H. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A. memberikan taushiyah pada salah satu acara Tabligh Akbar

Ayat ini adalah sebagian ayat Al Qur’an yang menjelaskan kemuliaan bumi Palestina. Pada ayat ini disebutkan bahwa bumi Palestina telah dijadikan Allah sebagai tempat untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam setelah beliau selamat dari pembakaran kaumnya.

Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam dengan jalan mengeluarkannya dari kota Ur sebelah selatan Babylonia (Irak) bersama Nabi Luth Alaihis Salam, keponakannya ke bumi yang diberkahi yaitu Syam (Palestina).

Syeikh Jamaluddin Al Qasmi (1283-1332 H/ 1866-1914 M) mengatakan, “Bumi Syam diberkahi karena di sanalah nabi-nabi banyak dibangkitkan, dari sana diturunkan syariat-syariat Allah yang akan membawa bahagia dunia akhirat. Dan di bumi ini pula banyak nikmat karena kesuburan tanahnya, banyak ragam buah-buahannya, yang membuat senang hidup orang kaya dan tidak melarat orang miskin.”

Selanjutnya beliau berkata, Nabi Ibrahim Alaihis Salam tinggal di Palestina dan Nabi Luth Alaihis Salam tinggal di Sadum, wilayah Yordania sekarang. Pada waktu Nabi Ibrahim Alaihis Salam datang ke Palestina, Palestina telah didiami bangsa Kan’an yang telah memiliki peradaban yang tinggi khususnya di bidang pertanian dan perdagangan.

Pada saat itu di Palestina telah ada Masjid Al Aqsha yang dibangun 40 tahun setelah Masjid Al Haram. Bukhari meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Ya Rasulullah, manakah masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjid Haram”. Saya bertanya lagi, “Kemudian mana?” Beliau menjawab, “Masjid Al Aqsha”. Saya bertanya lagi, “Berapa lama jarak waktu antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.”

Tidak ada nash yang pasti tentang siapa yang pertama kali membangun Masjid Al Aqsha. Sebagian ahli tarikh mengatakan bahwa yang pertama kali membangun Masjid Al Aqsha adalah Nabi Adam Alaihis Salam dan ketika Nabi Ibrahim Alaihis Salam datang ke Palestina beliau merenovasi masjid tersebut yang dilanjutkan oleh para nabi keturunannya dan renovasi itu sempurna pada masa Nabi Sulaiman Alaihis Salam (As Suyuthi dalam Syarh Sunan An Nasa’i).

Menurut Syariat, Masjid Al Aqsha cakupannya bukan sekedar bangunan yang memiliki nama tersebut tetapi meliputi semua bangunan dan seluruh kawasan yang berada dalam pagar seluas lebih kurang 144 ha.

Ke lokasi masjid ini umat Islam disunahkan bepergian dan shalat di masjid ini pahalanya dilipatgandakan sampai 500 kali dibanding shalat di masjid lain, selain Masjid Al Haram yang dilipatgandakan 100.000 kali dan Masjid An Nabawi yang dilipatgandakan 1000 kali.

Sejak Masjid Al Aqsha direnovasi oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan dijadikan tempat ibadah, nabi-nabi setelah beliau mengikuti langkahnya bahkan para nabi keturunannya menjadikannya sebagai kiblat. Nabi Ya’qub Alaihis Salam menjadikan sebagai tempat ibadah utama, Nabi Daud Alaihis Salam membangun mihrabnya di tempat itu dan Nabi Sulaiman Alaihis salam membangun masjid yang sangat besar di tempat ini yang dinisbatkan kepada namanya. Ke masjid ini pula Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diisra’kan oleh Allah sebelum dimi’rajkan ke langit.

Ini semua membuktikan Masjid Al Aqsha adalah milik umat Islam, Al Aqsha Haqquna!, sekaligus membantah klaim Zionis Yahudi bahwa Masjid Al Aqsha milik mereka karena mereka menganggap sebagai keturunan sah Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang beragama Yahudi. Menurut Al Qur’an Nabi Ibrahim bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani tetapi seorang muslim yang hanif, sebagaimana firman-Nya.

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik”. (Q.S. Ali Imran: 67)

Klaim Yahudi bahwa Masjid Al Aqsha dan bumi Palestina itu milik mereka juga ditentang para Ilmuwan modern seperti Paul Findley dan Roger Geraudy. Menurut keduanya, sebagaimana juga telah disebutkan di atas, bangsa Yahudi bukanlah penduduk pertama Palestina. Mereka juga tidak memerintah di sana selama pemerintahan bangsa asing. Para arkeolog modern secara umum sepakat bahwa bangsa Kan’an dan bangsa Mesir telah mendiami wilayah Palestina sejak sekitar 3000 SM.

Adapun klaim Yahudi bahwa di bawah Masjid Al Aqsha terdapat bangunan Haekal Sulaiman sebagai tempat pemujaan berhala, sehingga sejak beberapa tahun menggali terowongan di bawah Masjid Al Aqsha, juga klaim yang tidak berdasar.

Dilihat dari perspektif akidah Islam, tidak benar, Nabi Sulaiman Alaihis Salam sebagai seorang nabi utusan Allah membangun Haekal yang merupakan tempat pemujaan berhala.

Di samping itu dari sudut arkeologi bahwa apa yang dinamakan Haekal Sulaiman memang tidak pernah ada. Menurut Meir bin Douf, arkeolog Yahudi terkemuka dari Universitas Hebron, berdasarkan riset arkeolog yang dilakukan bersama arkeolog lain disimpulkan, tidak ditemukan adanya bekas, apapun dugaan apa yang disebut haekal Sulaiman di bawah Masjid Al Aqsha.

Jadi maksud sebenarnya kaum Zionis Yahudi menggali terowongan di bawah Masjid Al Aqsha adalah untuk meruntuhkan Masjid Al Aqsha. Mereka ingin melenyapkan bangunan suci tempat ibadat para nabi dan kiblat pertama umat Islam dari muka bumi dalam rangka melenyapkan agama Islam yang mereka anggap sebagai penghalang utama keinginan mereka menguasai Palestina. Adapun tujuan kaum Zionis menguasai Palestina adalah untuk menguasai dunia. Karena dalam teori geopolitik, Palestina itu disebut The Heart Land (Jantung Dunia).

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang pakar geopolitik Inggris bernama Sir Halford Mackinder (1861-1947) dan dipopulerkan oleh Profesor Yahudi Jerman, guru Adolf Hitler, bernama Karl Ernst Housofes. Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika menambahkan teori tersebut dengan mengatakan, “Siapapun yang bisa menguasai World Island, maka ia menguasai dunia, “Yang dimaksud dengan jantung dunia adalah Palestina, sebuah wilayah yang strategis dan bernilai sejarah sangat tinggi. Maha Benar Allah yang telah menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam ke bumi Palestina yang merupakan wilayah sangat strategis dan merupakan jantung dunia tersebut.

Ayat di atas seakan-akan memberi isyarat bahwa keselamatan dan kedamaian dunia sangat bergantung dengan kondisi di Palestina. Sebagaimana Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam ke wilayah ini.

Palestina damai sama dengan dunia damai. Oleh karena tugas besar umat Islam saat ini untuk menyelamatkan tanah sumber perdamaian tersebut yang dijantungnya diletakkan oleh Allah, Masjid Al Aqsha kiblat pertama mereka.

Wallahu A’lam bis Shawab.

Mi'raj News Agency (MINA)

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube