Salah satu fungsi diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai
mu’jizat untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam adalah utusan Allah.
Kemukjizatan Al-Qur’an itu antara lain berupa berita ghaib
tentang masa lampau yang tidak mungkin diketahui oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tanpa adanya wahyu Allah. Berita ghaib ini
sebagian tidak atau belum dapat dibuktikan dan sebagian lainnya telah
terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi.
Di antara berita ghaib yang telah terbukti kebenarannya adalah tentang tenggelam dan selamatnya jasad Fir’aun.
Kisah Fir’aun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak
ribuan tahun lalu seperti disebut ayat di atas, tidak disebutkan dalam
kitab suci agama selain Islam. Dalam Kitab Taurat (Perjanjian Lama)
disebutkan tentang tenggelamnya Fir’aun tetapi tidak menyinggung tentang
diselamatkannya jasad Fir’aun dan masih utuh.
Diceritakan dalam Kitab Taurat, “Airpun kembali (seperti
semula), menutupi kereta, pasukan berkuda dan seluruh tentara Fir’aun
yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satupun di
antara mereka.” Jelas di sini tidak disebut penyelamatan jasad Fir’aun.
Kisah penyelamatan jasad Fir’aun pada surat ini dimulai dari
ayat ke 90 yang menjelaskan kisah penyeberangan Bani Israil yang
dipimpin oleh Nabi Musa Alaihis Salam melalui lautan untuk menyelamatkan
mereka dari pengejaran Fir’aun.
Lautan Terbelah
Lautan terbelah setelah Allah memerintahkan kepada Nabi Musa
Alaihis Salam untuk memukul permukaan air Laut Merah dengan tongkatnya
dan Bani Israilpun dapat berjalan di atas tanah-lautan yang kering
membeku laksana salju sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَآ إِلَى مُوْسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِى فَاضْرِبْ
لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًا لَّا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى/ طه [٢٠] : ٧٧.
(Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) dan pukullah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, engkau tidak perlu khawatir tersusul dan tidak perlu takut (tenggelam) – Q.S. Thaha [20], 77).
Ketika Fir’aun melihat Bani Israil hampir semuanya sampai ke
seberang lautan, Fir’aun bersama seluruh bala tentaranya mengejar mereka
melalui jalan lautan yang kering tersebut. Setelah ujung rombongan Bani
Israil sampai di tepi lautan seberang dan Fir’aun bersama seluruh bala
tentaranya berada di tengah lautan, air laut yang tadinya terbelah dan
masing-masing laksana gunung (Q.S. Asy Syu’ara, 63) kembali bertaut dan
mencair sehingga tenggelamlah Fir’aun bersama seluruh tentaranya.
Setelah hampir mati tenggelam Fir’aun berkata,”
ءَامَنْتُ أَنَّهُ لَآ إِلَهَ إِلَّا الَّذِى ءَامَنَتْ بِهِ بَنُوْا
إِسْرَآئِيْلَ وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ/ يونس
[١٠]: ٩٠.
(Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang Muslim). – Q.S. Yunus [10], 90)
Pengakuan Fir’aun bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang
dipercayai Bani Israil dan keislamannya di ambang kematiannya itu,
ditolak oleh Allah, dengan firman-Nya:
آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ / يونس [١٠]: ٩١.
(Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang membuat kerusakan). – Q.S. Yunus [10], 91).
Menurut sebagian ahli tafsir penolakan Allah ini disampaikan
oleh Malaikat Jibril ke telinga Fir’aun ketika dia akan melepaskan
nyawanya.
Ibnu ‘Abbas dan beberapa mufassir salaf, menyatakan bahwa Bani
Israil ragu tentang kematian Fir’aun tersebut. Mereka ragu kalau
Fir’aun mati tenggelam (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzhim, Juz 2,
h-403)
Maka atas kehendak Allah bangkai Fir’aun itu diantarkan ombak
ke tepi laut, sehingga orang yakin bahwa dia memang Fir’aun yang selama
ini menindas Bani Israil bahkan mengaku sebagai Tuhan yang paling tinggi
(Q.S. An Nazi’at, 24).
Oleh orang-orang Mesir jasad Fir’aun itu dipungut dan dibalsem
untuk dijadikan mumi seperti kebiasaan perlakuan mereka terhadap
raja-raja Mesir di zaman purbakala.
Pada masa Al-Qur’an diturunkan lima abad yang lalu, tidak
seorangpun mengetahui di mana jasad Fir’aun yang tengelam itu dan
bagaimana pula kesudahan yang dialaminya. Namun pada 1896, seorang ahli
purbakala yang bernama LORET, menemukan jenazah Fir’aun tersebut dalam
bentuk mumi dan ternyata badannya masih utuh di Wadi Al-Muluk (Lembah
Para Raja) berada di daerah Thaba, Luxor di seberang Sungai Nil, Mesir.
Kemudian pada 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mumi itu dan ternyata jasad Fir’aun masih utuh.
Prof. Bucaille Tak Ragu Dengan Kebenaran Al Qur'an
Pada pertengahan 1975, sebuah tawaran dari Pemerintah Perancis
datang kepada Pemerintah Mesir untuk meneliti dan menganalisa mumi
Fir’aun. Tawaran tersebut diterima oleh Pemerintah Mesir, kemudian mumi
Fir’aun itu dibawa ke Perancis, bahkan Perancis membuat pesta
penyambutan mumi Fir’aun dengan pesta yang sangat meriah.
Mumi tersebut dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala
Perancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengungkapkan
rahasia di balik mumi tersebut oleh para Ilmuwan terkemuka dan para
pakar dokter bedah dan otopsi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mourice
Bucaille, seorang ahli gastroenterology ateis yang pernah menjadi dokter
keluarga Raja Faisal dari Arab Saudi dan anggota keluarga Presiden
Mesir kala itu, Anwar Sadat juga termasuk dalam daftar pasiennya.
Nama Bucaille, mulai dikenal di dunia ketika dia menulis buku
berjudul “La Bible, La Coran el La Science” (bahasa Perancis), tahun
1976. Buku telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa
Indonesia dengan judul “Bibel, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan.”
Setelah mengerahkan seluruh kemampuannya utnuk menguak misteri
di balik penyebab kematian Fir’aun tersebut, Prof. Dr. Maurice Bucaille
menemukan hasil akhir yang sangat mengejutkan, yaitu terdapat sisa-sisa
garam yang melekat pada tubuh sang mumi.
Ini adalah bukti terbesar bahwa Fir’aun mati tenggelam di laut
dan menurut profesor tersebut kematiannya diakibatkan oleh shock dan dia
akhirnya berkesimpulan, “Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan
oleh ayat-ayat Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang sekarang berada di
ruang Mumi Museum Mesir di kota Kairo.
Penyelidikan dan penemuan modern telah menunjukkan kebenaran
Al-Qur’an”. (Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 2000, hal-202).
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ
آيَةً ۚ
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ / يونس [١٠]: ٩٢.
(Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami. – Q.S. Yunus [10]: 92).
Kandungan Q.S. Yunus, 92 di atas sangat menyentuh hati Prof.
Bucaille. Dia menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an tersebut masuk akal dan
mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya
untuk berdiri di hadapan para Ilmuwan otopsi Muslim dalam sebuah
pertemuan dan dengan lantang dia berkata, “Sungguh Aku masuk Islam dan
Aku beriman kepada Allah SWT dan Rasulnya Muhammad SAW sesuai dengan
ajaran Al-Qur’an ini,” Allahu Akbar! (Syiar Islam).
Terkuaknya misteri mumi Fir’aun kembali membuktikan kebenaran Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
سَنُرِيْهِمْ
ءَايَاتِنَا فِى الْفَاقِ وَفِى أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ شَهِيْدٌ / فصلت
[٤١]: ٥٢.
(Akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri bahwa Al Quran adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu). – Q.S. Fushilat [41], 52).
Wallahu A’lam bishawab.
Mi’raj News Agency (MINA)
0 komentar:
Posting Komentar