بسم الله الرحمن
الرحيم
Pimpinan Pesantren Al-Fatah
se-Indonesia
Firman Allah:
وَنَجَّيْنَاهُ
وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
Artinya : “Dan Kami selamatkan dia
(Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh
alam”. (Q.S. Al Anbiya: 71)
K.H. Drs. Yakhsyallah
Mansur, M.A. memberikan taushiyah pada salah satu acara Tabligh Akbar
Ayat ini adalah sebagian ayat Al Qur’an
yang menjelaskan kemuliaan bumi Palestina. Pada ayat ini disebutkan bahwa bumi
Palestina telah dijadikan Allah sebagai tempat untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim
Alaihis Salam setelah beliau selamat dari pembakaran kaumnya.
Allah
menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam dengan jalan mengeluarkannya dari kota
Ur sebelah selatan Babylonia (Irak) bersama Nabi Luth Alaihis Salam, keponakannya
ke bumi yang diberkahi yaitu Syam (Palestina).
Syeikh Jamaluddin Al Qasmi (1283-1332
H/ 1866-1914 M) mengatakan, “Bumi Syam diberkahi karena di sanalah nabi-nabi
banyak dibangkitkan, dari sana diturunkan syariat-syariat Allah yang akan
membawa bahagia dunia akhirat. Dan di bumi ini pula banyak nikmat karena
kesuburan tanahnya, banyak ragam buah-buahannya, yang membuat senang hidup
orang kaya dan tidak melarat orang miskin.”
Selanjutnya beliau berkata, Nabi
Ibrahim Alaihis Salam tinggal di Palestina dan Nabi Luth Alaihis Salam tinggal
di Sadum, wilayah Yordania sekarang. Pada waktu Nabi Ibrahim Alaihis Salam
datang ke Palestina, Palestina telah didiami bangsa Kan’an yang telah memiliki
peradaban yang tinggi khususnya di bidang pertanian dan perdagangan.
Pada saat itu di Palestina telah ada
Masjid Al Aqsha yang dibangun 40 tahun setelah Masjid Al Haram. Bukhari
meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Ya Rasulullah, manakah masjid yang
pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjid Haram”. Saya
bertanya lagi, “Kemudian mana?” Beliau menjawab, “Masjid Al Aqsha”. Saya
bertanya lagi, “Berapa lama jarak waktu antara keduanya?” Beliau menjawab,
“Empat puluh tahun.”
Tidak ada nash yang pasti tentang siapa
yang pertama kali membangun Masjid Al Aqsha. Sebagian ahli tarikh mengatakan
bahwa yang pertama kali membangun Masjid Al Aqsha adalah Nabi Adam Alaihis
Salam dan ketika Nabi Ibrahim Alaihis Salam datang ke Palestina beliau
merenovasi masjid tersebut yang dilanjutkan oleh para nabi keturunannya dan
renovasi itu sempurna pada masa Nabi Sulaiman Alaihis Salam (As Suyuthi dalam
Syarh Sunan An Nasa’i).
Menurut Syariat, Masjid Al Aqsha
cakupannya bukan sekedar bangunan yang memiliki nama tersebut tetapi meliputi
semua bangunan dan seluruh kawasan yang berada dalam pagar seluas lebih kurang
144 ha.
Ke lokasi masjid ini umat Islam
disunahkan bepergian dan shalat di masjid ini pahalanya dilipatgandakan sampai
500 kali dibanding shalat di masjid lain, selain Masjid Al Haram yang
dilipatgandakan 100.000 kali dan Masjid An Nabawi yang dilipatgandakan 1000
kali.
Sejak Masjid Al Aqsha direnovasi oleh
Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan dijadikan tempat ibadah, nabi-nabi setelah
beliau mengikuti langkahnya bahkan para nabi keturunannya menjadikannya sebagai
kiblat. Nabi Ya’qub Alaihis Salam menjadikan sebagai tempat ibadah utama, Nabi
Daud Alaihis Salam membangun mihrabnya di tempat itu dan Nabi Sulaiman Alaihis
salam membangun masjid yang sangat besar di tempat ini yang dinisbatkan kepada
namanya. Ke masjid ini pula Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
diisra’kan oleh Allah sebelum dimi’rajkan ke langit.
Ini semua membuktikan Masjid Al Aqsha
adalah milik umat Islam, Al Aqsha Haqquna!, sekaligus membantah klaim Zionis
Yahudi bahwa Masjid Al Aqsha milik mereka karena mereka menganggap sebagai
keturunan sah Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang beragama Yahudi. Menurut Al
Qur’an Nabi Ibrahim bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani tetapi seorang muslim
yang hanif, sebagaimana firman-Nya.
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا
وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi
dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus
lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik”. (Q.S. Ali Imran: 67)
Klaim Yahudi bahwa Masjid Al Aqsha dan
bumi Palestina itu milik mereka juga ditentang para Ilmuwan modern seperti Paul
Findley dan Roger Geraudy. Menurut keduanya, sebagaimana juga telah disebutkan
di atas, bangsa Yahudi bukanlah penduduk pertama Palestina. Mereka juga tidak
memerintah di sana selama pemerintahan bangsa asing. Para arkeolog modern
secara umum sepakat bahwa bangsa Kan’an dan bangsa Mesir telah mendiami wilayah
Palestina sejak sekitar 3000 SM.
Adapun klaim Yahudi bahwa di bawah
Masjid Al Aqsha terdapat bangunan Haekal Sulaiman sebagai tempat pemujaan
berhala, sehingga sejak beberapa tahun menggali terowongan di bawah Masjid Al
Aqsha, juga klaim yang tidak berdasar.
Dilihat dari perspektif akidah Islam,
tidak benar, Nabi Sulaiman Alaihis Salam sebagai seorang nabi utusan Allah
membangun Haekal yang merupakan tempat pemujaan berhala.
Di samping itu dari sudut arkeologi
bahwa apa yang dinamakan Haekal Sulaiman memang tidak pernah ada. Menurut Meir
bin Douf, arkeolog Yahudi terkemuka dari Universitas Hebron, berdasarkan riset
arkeolog yang dilakukan bersama arkeolog lain disimpulkan, tidak ditemukan
adanya bekas, apapun dugaan apa yang disebut haekal Sulaiman di bawah Masjid Al
Aqsha.
Jadi maksud sebenarnya kaum Zionis
Yahudi menggali terowongan di bawah Masjid Al Aqsha adalah untuk meruntuhkan
Masjid Al Aqsha. Mereka ingin melenyapkan bangunan suci tempat ibadat para nabi
dan kiblat pertama umat Islam dari muka bumi dalam rangka melenyapkan agama
Islam yang mereka anggap sebagai penghalang utama keinginan mereka menguasai
Palestina. Adapun tujuan kaum Zionis menguasai Palestina adalah untuk menguasai
dunia. Karena dalam teori geopolitik, Palestina itu disebut The Heart Land
(Jantung Dunia).
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
seorang pakar geopolitik Inggris bernama Sir Halford Mackinder (1861-1947) dan
dipopulerkan oleh Profesor Yahudi Jerman, guru Adolf Hitler, bernama Karl Ernst
Housofes. Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika menambahkan teori tersebut
dengan mengatakan, “Siapapun yang bisa menguasai World Island, maka ia
menguasai dunia, “Yang dimaksud dengan jantung dunia adalah Palestina, sebuah
wilayah yang strategis dan bernilai sejarah sangat tinggi. Maha Benar Allah
yang telah menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam ke bumi Palestina yang
merupakan wilayah sangat strategis dan merupakan jantung dunia tersebut.
Ayat di atas seakan-akan memberi
isyarat bahwa keselamatan dan kedamaian dunia sangat bergantung dengan kondisi
di Palestina. Sebagaimana Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam ke
wilayah ini.
Palestina damai sama dengan dunia
damai. Oleh karena tugas besar umat Islam saat ini untuk menyelamatkan tanah
sumber perdamaian tersebut yang dijantungnya diletakkan oleh Allah, Masjid Al
Aqsha kiblat pertama mereka.
Wallahu A’lam bis Shawab.
Mi'raj News Agency (MINA)
0 komentar:
Posting Komentar