بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: K.H. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا الْيَهُوْدَ وَالّذِيْنَ أَشْرَكُوْا وَلَتَجِدَنَّ
أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا الَّذِيْنَ قَالُوْا
إِنَّا نَصَرَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا
وَإِنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ/ الْمَائِدَة :82.
“Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya terhadap
orang-orang beriman ialah orang Yahudi dan orang Musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan
orang-orang beriman adalah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami
ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib dan sesungguhnya mereka tidak
sombong.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 82).
Pada ayat ini, Allah menginformasikan kepada orang beriman
tentang musuh-musuh besar mereka yang akan selalu menyengsarakan dan
berusaha menghancurkan mereka, yaitu orang Yahudi dan orang Musyrik.
Pada tulisan ini hanya akan membicarakan permusuhan orang Yahudi saja.
Yang dimaksud orang Yahudi adalah orang yang mengikuti agama
bangsa Ibrani yang dikenal dengan sebutan asbath (dua belas keturunan
Nabi Ya’kub ‘Alaihis Salam dari Bani Israel).
Para ulama berbeda pendapat tentang penamaaan atau sebutan Yahudi.
Pertama, ada yang mengatakan bahwa kata Yahudi dihubungkan dengan Yahudza, putra tertua Nabi Ya’kub ‘Alaihis Salam.
Kedua, kata Yahudi terambil dari kata هاد, yang berarti kembali
(bertaubat). Kaum ini dinamakan Yahudi karena mereka bertaubat dari
kesalahannya menyembah anak sapi dari emas.
Ketiga, ada yang mengatakan bahwa penamaan Yahudi dihubungkan
dengan gerakan-gerakan anggota badan mereka – terutama dari badan hingga
kepala diangguk-anggukkan – tatkala membaca kitab sucinya (Pluralisme
Agama, Muhammad Amin Suma, 2004).
Dari ketiga pendapat ini, penulis cenderung kepada pendapat pertama.
Allah menggambarkan permusuhan orang Yahudi terhadap orang
beriman atau orang Islam dalam banyak ayat Al-Qur’an, antara lain:
وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صَدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ.../ أل عِمْرَان : 118
“Mereka (orang Yahudi) menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi
di hati mereka lebih jahat...” (Q.S. Ali Imran [3]: 118).
Dalam sebuah hadits disebutkan:
مَاخَلاَ يَهُوْدِيٌّ بِمُسْلِمٍ قَطُّ إِلَّا هَمَّ بِقَتْلِهِ / رواه إبن مردويه
“Tidaklah sekali-kali orang Yahudi bertemu dengan orang Islam di tempat yang sunyi, pasti dia ingin membunuhnya.” (H.R. Ibnu Mardawaih).
Bukti nyata kejahatan Zionis Yahudi
Hal ini yang kita saksikan akhir-akhir ini. Bagaimana Zionis
Yahudi dengan sangat brutal membombardir penduduk Gaza dan memblokade
mereka selama bertahun-tahun sehingga kehidupan mereka bagaikan di
sebuah penjara raksasa dengan berbagai penderitaan yang tak dapat
dibayangkan oleh manusia beradab dewasa ini.
Bangsa Yahudi bukan hanya memusuhi umat Islam dan bangsa
Palestina, tetapi mereka memusuhi semua manusia bahkan Tuhan dan
malaikat.
Allah berfirman:
مَنْ كَانَ عَدُوًّ لِلهِ وَمَلَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكَلَ فَإِنَّ اللهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِيْنَ / البقرة: 98.
“Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 98).
Dalam memusuhi Allah, orang Yahudi telah menuduh Allah dengan
sifat-sifat yang tidak layak. Misalnya Allah lelah sehingga harus
istirahat di hari Sabtu, Allah menyesal telah menciptakan Nabi Adam
‘Alaihis Salam, Allah itu miskin dan sebagainya. Tuduhan mereka bahwa
Allah itu miskin telah diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
لَقَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قاَلُوْا إِنَّ اللهَ فَقِيْرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَآءُ .../ ال عمران: 181.
“Sungguh Alah telah mendengar orang-orang (Yahudi) yang mengatakan,”Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya”.” (Q.S. Ali Imran [3]: 181).
Terhadap manusia non-Yahudi mereka menganggapnya sebagai
binatang. Dalam kitab Talmud disebutkan, “Kaum Yahudi menjadi bernajis
apabila dia menyentuh kuburan non-Yahudi karena mereka binatang bukan
manusia.”
Setiap pagi orang Yahudi selalu berdo’a dengan mengucapkan
syukur karena Tuhan tidak melahirkan mereka sebagai “goyyim”
(non-Yahudi). Dan setiap hari sebanyak tiga kali mereka berdo’a agar
Tuhan mengutuk pemimpin-pemimpin agama non-Yahudi (Tarikh al-Yahud,
Muhammad Said Mursi, 2000).
Permusuhan orang-orang Yahudi juga terjadi di kalangan mereka
sendiri, demi kepentingan masing-masing, sebagaimana firman Allah:
وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.../ المائدة: 64.
“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 64).
Hal ini terbukti dengan apa yang dikatakan Emmanuel Rabinovich,
pendeta tertinggi Yahudi dalam Sidang Darurat Pendeta Yahudi Eropa
(12/1/1952), “Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan
cara yang menyedihkan, seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler
yaitu kita sendiri mengatur terjadinya peristiwa penindasan terhadap
sebagian bangsa kita sendiri. Dengan kata lain kita akan menumbalkan
sebagian putra bangsa kita sendiri pada suatu peristiwa yang akan kita
atur dari belakang layar.”
Untuk menghadapi permusuhan orang Yahudi dan mampu mengalahkan
mereka, Allah mensyariatkan umat Islam hidup berjama’ah di bawah seorang
Imam.
Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا... ال عمران: 103.
“Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kalian berpecah-belah.....” (Q.S. Ali Imran [3]: 103).
Menurut Ibnu Ishaq dan Abu Syaikh dari Zaid bin Aslam, ayat turun
karena tokoh Yahudi yang bernama Syas bin Qais lewat di hadapan suku
Aus dan suku Khazraj yang sedang bercakap-cakap dengan riang gembira.
Syas bin Qais tidak senang melihat kerukunan mereka, padahal sebelum
masuk Islam, kedua suku penduduk asli kota Madinah ini selalu
bermusuh-musuhan.
Ia kemudian memerintahkan pemuda anak buahnya untuk menghasut
kedua suku tersebut agar mereka kembali bermusuh-musuh. Hasutan pemuda
ini berhasil dan hampir saja terjadi pertumpahan darah lagi antara kedua
suku tersebut.
Hal ini didengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
kemudian beliau mendatangi dan menyadarkan mereka. Usaha beliau berhasil
dan akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terhasut dan terpedaya
oleh musuh. Semuanya menyesal, kemudian melemparkan senjatanya dan
saling berpelukan sambil bertangisan.
Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan wahyu (Q.S. Ali
Imran [3]: 100-105) dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras. Mereka semuanya diam
memperhatikan bacaan tersebut.
Mengomentari peristiwa ini, Jabir bin Abdullah, salah seorang sahabat yang menyaksikan peristiwa ini berkata, “Demi Allah, saya belum pernah menyaksikan suatu hari yang permulaannya sangat buruk dan akhirnya sangat baik selain hari itu.” (Asbabun Nuzul, Abdul Fattah al-Qadli, 1408 H).
Wallahu a’lam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar