بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: K.H. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.
Firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ () الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ () أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ
وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ()/
البقرة [٢] : ١٥٥-١٥٧.
(Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ( ) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun". ( ) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. - Q.S. Al Baqarah [2]: 155-157).
Akhir-akhir ini
banyak sekali mushibah yang sedang diderita oleh umat manusia. Mulai dari
bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan kebakaran hutan sampai bencana
kemanusiaan, seperti peperangan, banyaknya kecelakaan dan merajalelanya
kejahatan.
Rangkaian ayat-ayat
ini menjelaskan bahwa Allah akan senantiasa menguji hamba-Nya terutama yang
beriman dengan berbagai macam cobaan (mushibah). Mulai dari rasa takut,
kelaparan, kekurangan harta benda, jiwa dan buah-buahan.
Cobaan (mushibah)
merupakan sunnah ilahiyyah yang berlaku sejak dahulu. Allah menjadikan
cobaan (mushibah) sebagai standar bagi semua manusia tanpa kecuali
semenjak manusia diciptakan sampai hari kiamat kelak. Cobaan (mushibah) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
Pertama, cobaan (mushibah) harus sulit, sebab apabila
mudah maka tidak akan membawa pengaruh bagi yang menerimanya.
Kedua, cobaan (mushibah) bukan hal yang di luar batas
kemampuan untuk dihadapi. Karena tidak mungkin Allah membebani manusia di luar
batas kemampuan. Sebagaimana firman-Nya:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا
وُسْعَهَا/ البقرة [٢] : ٢٨٦.
(Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. - Q.S. Al Baqarah [2]: 286).
Ketiga,
cobaan (mushibah) adalah kepastian hidup. Artinya, sepanjang manusia
hidup di dunia pasti akan mendapat cobaan (mushibah).
Selanjutnya Allah memberi pedoman bagaimana cara menghadapi cobaan (mushibah)
tersebut dengan shabar. Hanya dengan shabar semua cobaan (mushibah)
dapat diatasi. Shabar bukan berarti tidak sedih dan susah. Sedih dan susah
pasti karena merupakan fitrah dan pembawaan jiwa.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika kematian putranya Ibrahim
juga bersedih, bahkan meneteskan air mata. Saat itu beliau bersabda, “Mata
menangis, hati berduka dan kami tidak mengucapkan kata kecuali yang diridhai
oleh Tuhan kami. Sungguh kami sangat bersedih, hai Ibrahim karena berpisah
denganmu.” (Hadits Shahih)
Kadang-kadang kesedihan itu berpengaruh pada fisik orang yang ditimpa
mushibah seperti badan menjadi kurus, bahkan sampai buta mata. Seperti yang
dialami oleh Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam karena kehilangan puteranya, Yusuf,
sebagaimana firman Allah:
وَقَالَ يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ
وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ/
يوسف ][١٢ : ٨٤.
(Dia Ya´qub) berkata: "Aduhai duka citaku mengenang Yusuf", dan kedua matanya memutih karena kesedihan tetapi dia masih dapat menahan amarahnya
(terhadap anak-anaknya).
Q.S. Yusuf [12]: 84).
Dengan shabar segala kesedihan dan akibat dari cobaan dapat diatasi. Karena
shabar pada hakikatnya adalah kemampuan jiwa untuk menghimpun potensi diri guna
mencari jalan keluar dari mushibah dan tidak berkeluh kesah. Orang yang shabar
akan mengembalikan segala mushibah itu kepada Allah. Oleh karena itu, ketika
cobaan (mushibah) datang dia akan mengucapkan, “Sesungguhnya kita ini
milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita semua akan kembali”.
Kepada orang-orang shabar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diperintahkan
untuk memberi kabar gembira berupa:
1. Anugerah (Shalawat), berupa perlindungan dan pengampunan dosa dari Allah.
2. Kasih sayang (Rahmat), berupa kasih sayang yang tidak putus sepanjang hidup
bahkan setelah meninggal.
3. Petunjuk (Hidayah), berupa petunjuk dari Allah sehingga dapat mengatasi
mushibah tersebut.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidaklah seseorang ditimpa mushibah
kemudian dia mengucapkan, Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, Allahumma
ajirnii fii mushibatii wakhluflii khairam minhaa. (Sesungguhnya kami milik
Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali. Ya Allah berilah saya pahala
pada mushibah ini dan gantilah dengan yang lebih baik) kecuali Allah akan
memberikan pahala dalam mushibahnya dan menggantinya dengan lebih baik” (H.R.
At Tirmidzi).
Dengan demikian cobaan (mushibah) di samping mengandung hal-hal yang tidak mengenakkan juga mengandung rahasia yang membawa kebaikan bagi orang yang menerimanya, sepanjang orang tersebut shabar dalam menghadapinya. Selain kebaikan-kebaikan yang disebutkan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap mushibah apabila diterima dengan shabar, mengandung beberapa rahasia, antara lain:
1. Kemuliaan dari Allah dan menambah kebaikan.
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barangsiapa yang dikehendaki Allah
menjadi baik, maka Allah akan memberi cobaan (mushibah) kepadanya.” (H.R. Bukhari).
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Tidaklah sesuatu yang menimpa orang Islam, baik penyakit biasa maupun
menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali
Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya.” (H.R.
Bukhari).
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apabila Allah menginginkan kebaikan hamba-Nya, maka akan dipercepat
cobaan di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan hamba-Nya, maka Dia akan
menahan cobaan tersebut dengan semua dosanya, hingga dia menebusnya di hari kiamat.”
(H.R. At Tirmidzi)
Wallahu A’lam bis
Shawwab.
0 komentar:
Posting Komentar