Ide ini pertama kali
digagas Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton saat bertemu dengan Direktur
Badan Intelejen Pusat CIA (Central Intelligence Agency), David Petraeus, pada
musim panas 2012 ketika membahas isu Suriah.
Kedua pejabat AS tersebut
mengusulkan pelatihan militer bagi kelompok oposisi di Suriah dibawah kendali
Gedung Putih, dengan tujuan utama menggulingkan Presiden Assad.
Keduanya sekarang tidak
menjabat lagi, Hillary Clinton secara resmi mengundurkan diri sebagai Menlu AS
mengakhiri empat tahun masa jabatannya, Jumat (1/2), dan digantikan John Kerry.
Sementara Direktur CIA
David Petraeus memutuskan mengundurkan diri dari jabatan Direktur CIA 10
November 2012 setelah skandal perselingkuhannya terbongkar. Presiden AS
Barack Obama menunjuk penasihat khusus kontraterorisme Gedung Putih, John
Brennan sebagai Direktur CIA yang baru, Senin (7/1).
Presiden Obama tidak
menyetujui rencana tersebut dengan alasan kemanusiaan dan besarnya pendanaan
yang ditanggung pemerintah AS.
Namun, Panetta dan ketua
Kepala Staf Militer AS Martin Dempsey, mengaku rencana tersebut tetap
dilaksanakan dibawah komando langsung Angkatan Bersenjata AS dan Komite Senat yang mendukung gagasan tersebut.
Senator AS yang pernah
menjadi rival Obama pada pilpres 2009 lalu John McCain menentang keras rencana
AS membantu oposisi menggulingkan Asaad.
"Berapa banyak lagi
yang harus menjadi korban jika mendukung aksi itu?" Tanya McCain.
Panetta mengungkapkan,
konflik di Suriah menciptakan ancaman besar di mana senjata-senjata akan
melintasi perbatasan, dan kemungkinan jatuh ke tangan Hizbullah Lebaon.
Miraj News Agency (MINA)
0 komentar:
Posting Komentar