بسم الله الرحمن الرحيم
DENGAN SEMANGAT
IDUL FITRI
KITA ATASI PROBLEMA
UMAT
Oleh: KH. Yakhsyallah Mansur
اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَهُ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Pengertian Idul Fitri
Id berarti kembali dan Fitri berarti agama yang benar
atau kesucian atau asal kejadian. Fitrah berarti kesucian. Ini dapat dipahami
bahkan dirasakan maknanya manakala kita duduk termenung seorang diri. Ketika
pikiran mulai tenang, kesibukan hidup dan haru hati telah dapat teratasi, akan
terdengar suara nurani mengajak kita untuk berdialog, mendekat bahkan menyatu secara
totalitas dengan Allah yang Mahamutlak, yang mengantar kita menyadari betapa
lemahnya manusia di hadapan-Nya dan betapa kuasanya yang Maha Mutlak itu. Suara
nurani yang kita dengar itu adalah suara fitrah manusia, suara kesucian. Setiap
orang memiliki fitrah ini, terbawa sejak lahir, walaupun sering terabaikan
karena kesibukan dan dosa yang dilakukan, sehingga suara itu begitu lemah,
hanya sayup-sayup terdengar.
Suara itulah yang kita kumandangkan pada Idul Fitri,
yaitu Allahu Akbar, Allahu Akbar. Sehingga apabila kalimat-kalimat itu
benar-benar tertancap dalam jiwa, maka akan hilanglah segala ketergantungan
kepada unsur-unsur lain kecuali kepada Allah semata. Tiada tempat bergantung,
tiada tempat menitipkan harapan, tiada tempat mengabdi kecuali Dia.
Fitrah adalah gabungan dari tiga unsur: benar, baik, dan
indah. Sehingga orang yang beridul fitri dalam arti, “kembali ke kesuciannya”,
akan selalu berbuat benar, baik dan indah. Bahkan lewat kesucian jiwanya itu,
ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif. Ia selalu berusaha
mencari sisi baik apa yang terjadi pada dirinya dan berhusnudzan kepada Allah
bahwa apa yang ditetapkan untuk dirinya adalah yang terbaik bagi dirinya,
karena dia yakin akan besarnya kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya,
sebagaimana firman-Nya:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا
لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا
يُؤْمِنُونَ (١٥٦)
"dan rahmat-Ku meliputi
segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang
bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami". (QS. Al-A’raf: 156)
Problematika Ummat Islam Saat Ini
Di hari Idul Fitri ini sebagian kaum muslimin hidup dalam
derita dan krisis. Disamping krisis dalam negeri berupa makin merosotnya moral
bangsa, belum stabilnya kondisi ekonomi, dan bencana alam yang terus mendera
bumi tercinta ini, dunia Islam kini tengah menderita oleh berbagai luka:
·
Iraq masih
dilanda perang saudara akibat kekejaman Amerika Serikat dan sekutunya yang
sangat bernafsu menguasai negeri yang pernah menjadi pusat peradaban Islam ini.
·
Muslim
Uighur di Cina menanggung kedzaliman, kediktatoran, dan pengusiran dari rezim
komunis Cina yang tidak menghendaki kemajuan Islam.
·
Afghanistan
dihancurkan, rakyatnya diusir, kota-kotanya dirusak, mesjid-mesjidnya
diluluhlantakkan oleh tank-tank musuh. Beribu-ribu pengungsi tidak memperoleh
tempat tinggal, air dan makanan. Peperangan Islam dengan pasukan penjajah
hingga kini masih terus berlangsung. Pertempuran masih bergejolak hebat antara
golongan Allah dengan golongan penghamba setan.
·
Philipina
Selatan masih terus membara. Muslim Mindanau yang ingin bebas menegakkan
syariat Islam mendapatkan resistensi yang sangat keras dari pemerintah
Philipina sehingga ribuan umat Islam harus hidup di bawah tekanan tanpa
keamanan dan fasilitas kehidupan yang memadai.
·
Palestina
telah dirampas, Mesjidil Aqsha dalam tawanan dan terus digali pondasinya untuk
dirobohkan. Sementara orang tua, perempuan dan anak-anak jadi korban setiap
pagi dan sore. Mereka terusir dari kampung halamannya, rumah mereka dibolduser
oleh rezim biadab Israel sehingga hampir 5 juta bangsa Palestina saat ini hidup
di tenda-tenda pengungsian yang tidak dapat menahan dingin panasnya musim.
·
Muslim
Rohingya masih berkubang derita. Mereka diusir dari kampung halaman tercinta, kaum
pria mereka kanak-kanak sampai tua renta dibantai, kaum wanita mereka diperkosa,
ribuan rumah dan mesjid dibakar oleh rezim penguasa dan ribuan orang harus
mengungsi karena kerusuhan tidak kunjung henti.
Selain itu, umat Islam juga sedang menghadapi bahaya lain yaitu Ghazwul
Fikri (perang pemikiran) yang dilakukan dengan sangat gencar oleh
musuh-musuhnya.
·
Kapitalisme
pengumbar syahwat, memperdayakan umat Islam dengan memperalat kaum wanita,
berpesta pora, berlomba-lomba dengan kemewahan dan permesifme membolehkan
segala hal.
·
Sekularisme
menyeru kepada pemisahan agama dan dunia, mencabut Islam dari panggung
kehidupan dengan dalih ketinggalan zaman dan tidak memperhatikan hak asasi
manusia. Sekularisme pada hakikatnya adalah pemikiran tidak bertuhan yang tidak
mengakui ajaran agama (Islam) mampu mengatur kehidupan manusia.
·
Pluralisme
yang menyamakan semua agama dengan dalih bahwa membedakan agama hanya akan
menyebabkan pertentangan umat manusia yang mengakibatkan peperangan. Pemikiran
sesat ini menyatakan bahwa agama hanyalah ibarat jalan/sungai menuju satu
titik, terserah kepada kita untuk memilih tanpa harus menyatakan bahwa jalan yang
dilalui adalah jalan yang paling benar.
·
Freemasonry
yang melahirkan Zionisme. Ia datang untuk menghancurkan semua agama termasuk
Islam. Ia telah berhasil merusak Islam dengan memecah belah umat Islam menjadi
beberapa kelompok, partai, dan golongan. Keberhasilan terbesar Freemasonry dalam
merusak dunia Islam adalah menghancurkan Khilafah Turki Utsmani dan menguasai
Palestina berdasarkan "The Heartland Theory." Teori ini singkatnya
berbunyi, "Siapa yang menguasai Heartland maka ia akan menguasai World
Island. Heartland (jantung bumi) adalah sebutan kawasan Asia Tengah
sedangkan World Island mengacu kepada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan ini
merupakan kawasan vital minyak bumi dan gas dunia. Teori ini berasal dari ahli
geopolitik Inggris terkemuka abad ke-19, Sir Alfred Mackinder (1861-1947).
Selanjutnya Nicholas Spykman, sarjana AS, menambahkan, "Siapa menguasai
World Island maka ia akan menguasai dunia."
Upaya Mengatasi Problematika
Menghadapi kondisi kaum muslimin seperti ini bagi orang
yang berjiwa fitri tidak akan mengeluh apalagi putus asa. Mereka akan bersikap
seperti para sahabat di Madinah ketika menghadapi pengepungan dahsyat seluruh Sekutu
kafir Jazirah Arab saat itu dalam perang Ahzab (Khandaq). Sikap mereka
digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا
مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ
إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (٢٢)
"Dan tatkala orang-orang
mu'min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:
"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada
mereka kecuali iman dan ketundukan. " (QS.
Al-Ahzab: 22)
Pada ayat ini digambarkan bahwa ketika para sahabat
melihat beribu-ribu tentara kafir dari seluruh penjuru jazirah Arab datang ke
Madinah, hati mereka berkata, "Inilah tanda bahwa kemenangan sudah dekat
dan tidak akan sampai kemenangan itu kalau hal seperti ini belum kita
alami." Lantaran itu, mereka tidak ragu-ragu dan berkata, "Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya." Artinya mereka akan menang setelah
mengalami kesukaran. Oleh karena itu, kondisi yang sangat sulit itu justru
menambah teguh keimanan dan ketundukan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan kondisi yang sangat sulit itu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menyampaikan kabar gembira akan kemenangan umat Islam di
berbagai tempat melalui peristiwa sebagai berikut.
Sahabat al-Barra bin Azib r.a. berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kami menggali parit dan kami
menemukan batu besar di salah satu tempat di dalam parit yang tidak bisa
dihancurkan. Kami mengadu kepada beliau lalu beliau mendatanginya dan
melepaskan bajunya lalu turun menuju ke batu tersebut dan mengambil kapak.
Dengan mengucapkan Bismillah beliau mengapaknya dan pecahlah sepertiga batu itu
lalu beliau bersabda, "Allahu Akbar, aku diberikan kunci-kunci negeri
Syam, dan demi Allah aku melihat kota-kota dan istana merah dari tempatku
ini." Lalu beliau mengucapkan Basmalah dan mengapak batu itu lagi dan
pecahlah sepertiganya lalu beliau bersabda, "Allahu akbar, aku diberikan
kunci negeri Persia dan demi Allah aku melihat kota-kota dan istana putih dari
tempatku ini." Kemudian beliau mengucapkan Basmalah dan mengapak batu itu
lagi hingga hancur berkeping-keping lalu beliau bersabda, "Allahu Akbar,
aku diberi kunci-kunci negeri Yaman dan demi Allah aku melihat pintu-pintu kota
Shana dari tempatku ini." (HR. Ahmad).
Hadits ini mendorong kita untuk optimis sambil berusaha
keras bahwa kemenangan umat Islam pasti datang dan akan lenyap segala krisis
dan penderitaan. Memang berbagai krisis dan penderitaan saat ini sedang melilit
sebagian besar umat Islam bahkan cenderung meningkat. Namun di balik itu semua, kabar gembira dan
tanda-tanda akan kemenangan semakin dekat. Sebagaimana kondisi saat perang Ahzab
(Khandaq) saat itu. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai fenomena, antara
lain pesatnya pertumbuhan pemeluk Islam di berbagai belahan dunia, termasuk
Eropa dan Amerika, makin tingginya kesadaran beragama di kalangan generasi
muda, makin terbuktinya kebenaran-kebenaran al-Qur'an, bahkan dari berita
terakhir yang kita dengar dari Palestina, banyak orang Yahudi yang masuk Islam.
Inilah bukti kebenaran firman Allah:
هُوَ الَّذِي
أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ
كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (٩)
"Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya
di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci."
(Q.S. al-Shaff: 9)
Menjaga Fitrah
Hanya perlu diingat, bahwa kemenangan tidak pernah diraih
lewat mimpi tetapi perlu usaha keras meskipun dengan sarana seadanya
sebagaimana yang telah dibuktikan para sahabat dan salafus soleh sesudahnya.
Usaha keras untuk meraih kemenangan itu antara lain
dengan menjaga fitrah (kesucian) jiwa kita. Untuk menjaga agar kita tetap dalam
fitrah, Allah telah memberikan tuntunan sebagai berikut:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (۳٠) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ
وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (۳١) مِنَ
الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ
فَرِحُونَ (۳٢)
(30). "Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (31).
dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah
shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (32).
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka." (QS. Al-Ruum: 30-32)
Menurut ayat ini, ada empat hal yang harus dilakukan
untuk menjaga fitrah, yaitu:
1) kembali kepada Allah secara mutlak,
2) bertaqwa,
3) menegakkan shalat, dan
4) meninggalkan perpecahan seperti perilaku orang-orang
musyrik, yang masing-masing golongan merasa bangga dengan apa yang pada golongonnya
dan merasa golongannya yang paling benar sementara yang lain salah belaka.
Untuk dapat meninggalkan perpecahan, Allah memerintahkan
kaum muslimin hidup berjama'ah, sebagaimana firman-Nya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا.... (١٠۳)
"Dan berpegang teguhlah
dengan tali Allah seraya berjama'ah dan janganlah berpecah-belah." (QS. Ali 'Imran: 103)
Al-Jama'ah menurut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam adalah:
مَنْ كَانَ عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ اَصْحَابِى (رواه
الحاكم)
"Orang yang berada di atas
apa yang aku dan para sahabatku hari ini." (HR. Al-Hakim).
Jadi al-Jama'ah bukanlah organisasi atau partai atau
negara dalam negara. Al-Jama'ah adalah syariat yang menata kehidupan masyarakat
Islam sesuai dengan contoh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan para
sahabatnya, dimana mereka hidup bersama-sama di bawah seorang pemimpin (Imam).
Sebagaimana dikatakan oleh Imam ath-Thabari bahwa al-Jama’ah adalah:
الَّذِيْنَ فِي طَاعَةِ مَنْ اجْتَمَعُوْا عَلَى تَأْمِيْرِهِ
“Orang-orang yang berkumpul
bersama-sama untuk mentaati orang yang diangkat sebagai pimpinannya.”
Dalam kehidupan berjama'ah, manusia akan hidup damai,
saling menghormati, dan penuh kasih sayang walau berbeda ras, suku, bahkan
agama, karena dengan terwujudnya kehidupan berjama'ah akan turun rahmat Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد)
"Berjama'ah itu rahmat dan
berfirqah-firqah itu azab." (H.R. Ahmad)
Kehidupan semacam ini telah diwujudkan oleh para sahabat
di bawah kepemimpinan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di Madinah. Para
sahabat yang berasal dari berbagai suku dari orang-orang Muhajirin dan Anshar,
mereka hidup rukun di bawah naungan Islam, sebagaimana digambarkan Allah:
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالإِيمَانَ مِن
قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ
حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ
خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung." (Q.S. al-Hasyr: 9)
Sementara itu mereka hidup berdampingan secara damai
dengan orang Yahudi sebelum sebelum orang-orang Yahudi melanggar berbagai janji
damai yang dibuat bersama bahkan berkali-kali mengadakan makar untuk membunuh
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang mengakibatkan pengusiran mereka
dari Madinah.
Kehidupan demikian ini juga telah dilanjutkan oleh para
khalifah sesudah beliau, sehingga orang-orang Nasrani lebih senang hidup di
bawah Khilafah Islam daripada hidup di bawah raja Nasrani yang berbeda sekte
karena mereka akan dipaksa mengikuti sekte sang raja.
Bukti kehidupan damai orang non muslim di bawah khilafah
Islam ini dapat kita jumpai sampai sekarang dimana Negara yang mayoritas muslim
masih terdapat komunitas orang non muslim dan tempat-tempat ibadah mereka tetap
terpelihara.
Michel The Syirian, pemimpin agama Nasrani abad ke-6 di
Syiria berkata, “Tuhan yang Maha Pembalas – karena melihat kejahatan orang
Kristen Romawi, yang dimana saja mereka berkuasa mereka itu menghancurkan
gereja-gereja serta monastri-monastri kami dengan kejam serta menganiaya kami
tanpa belas kasih, telah mendatangkan anak-anak keturuan Ismail (umat Islam)
untuk membebaskan kita dari mereka... Bebas dari kekejaman Romawi, dari kejahatan
serta kemarahan mereka, dari kedengkian mereka yang jahat, dapat menemukan
ketentraman dan kedamaian di bawah umat Islam. Semua itu bukan merupakan
keuntungan yang kecil.”
Inilah bukti bahwa al-Jama'ah telah mampu mewujudkan
rahmatnya Islam bagi umat Islam sendiri dan orang-orang di luar Islam bahkan
bagi alam sekitar sebagai realisasi dari firman Allah:
"dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Q.S.
al-Anbiyaa': 107)
Dalam rangka menegakkan kembali syariat al-Jama'ah ini,
sebagian umat Islam telah membaiat Wali Al-Fattaah sebagai Imaamul Muslimin
setelah runtuhnya Dinasti Utsmaniyah di Turki. Setelah Wali Al-Fattaah wafat,
dibaiatlah pengganti-penggantinya
untuk meneruskan tugas keimamahan hingga saat ini.
Untuk mewujudkan kembali kehidupan berjamaah dan menegakkan
kepemimpinan khilafah tidaklah mudah, tetapi kita harus berusaha dan yakin
bahwa hal tersebut pasti terwujud, mengingat janji Allah dan Allah tidak
mungkin memperselisih janji-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka khalifah
di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
sebagai khalifah, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S. al-Nuur: 55)
Semoga seluruh umat Islam diberi hidayah dan kekuatan oleh
Allah untuk mewujudkan sehingga kejayaan umat Islam dalam naungan al-Jama'ah di
bawah kepemimpinan seorang Imaam dapat segera merata di seluruh persada bumi.
Amin.
Wallahu a'lam
bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar